KH. Ahmad Chodri Romli lahir di Bangkalan Madura, tepatnya di Desa Banjar, pada tanggal 16 Agustus 1950. Ayahnya, Mohammad Romli, dan Ibunya, Siti Tsamrah, bekerja di Surabaya. Sehingga, masa kecil Chodri "terpaksa" tetap di Madura dibawah asuhan kakeknya, yaitu Kiai Habsyi (ulama kampung) yang penuh kasih sayang mengajarinya membaca Al-Qur'an.
Pagi sampai siang, dia belajar di Sekolah Rakyat (SR) 6 tahun di desanya, dan tamat tahun 1964. Sore hari, dia belajar di Madrasah Diniyah Darul Ulum, yang didirikan oleh pamannya, KH. Madani Habsyi. Pada waktu itu, sudah biasa bahwa selama bulan Ramadhan SR (sekarang SD) itu libur satu bulan, dan liburan itu dimanfaatkan Chodri muda untuk mengikuti khataman (semacam pendidikan Islam Intensif) di Pesantren Bulajing, Bayualit. Kita yang dikaji dan dikhatamkan selama 20 hari adalah Safinahtun Naja, Sullamut Taufiq, Bafadhal, dan Aqidatul Awam. Jadi, sejak kecil Chodri sudah bersentuhan dengan dunia pesantren.
Tamat SR, dia nyantri di Pondok Pesantren Sebanih, Bangkalan, dibawah asuhan KH. Thabrani Abdul Aziz. Di Pesantren ini, dia mulai belajar ilmu alat, yaitu nahwu dengan kitab al-Jurumiyah dan sharraf (at-Tashrif). Kemudian, di lebih intents berkenalan dengan kitab-kitab kuning, seperti Al-Kailani, di bawah bimbingan KH. Ahmad Rasyad.
Dari Bangkalan, dia pindah dan masuk di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, di bawah asuhan KH. Zaini Mun'im. Dan di Pesantren ini, dia sempat mengikuti pendidikan formal SMP Nurul Jadid (1969). Tidak sampai tamat, dia pindah ke Pondok Pesantren Caga'an, Bangil, Pasuruan, dengan pengasuh KH. Kholili Ali.
Di Pesantren tersebut, dia lebih memperdalam ilmu-ilmu alat nahwu menggunakan kitab Imrithi dan Alfiyyah dengan Syarh Ibn Aqil. Sedangkan ilmu sharraf dengan kitab Nazham al-Maqshut.
Ketika nyantri di Caga'an ini (1970-1973), dia sempat dipercaya menjadi pengurus pesantren, dengan posisi sebagai sekretaris. Juga sempat menjadi guru Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum, tak jauh dari kompleks pesantren.
​Akhir tahun 1973, dengan menumpang perahu layar, dia berangkat ke pulau kecil Tomia, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Di sana, dia menjadi Kepala Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum, juga sebagai guru agama honorer pada SMP Negeri Usuku dan SKKP (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama) Negeri Binongko di Tomia, dan SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) di Onemai.
Tahun 1975, dia mengikuti ujian SPIAIN (Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri) Al-Jamiah al-Islamiyah al-Hukumiah Alaudin, Ujung Pandang, Cabang Bau-Bau, dan lulus tahun 1975.
Tahun 1977, dia kembali ke Surabaya, dan aktif dalam dunia dakwah, seperti pengajian-pengajian di PKK, majelis taklim, dan khutbah Jum'at. Dan menjadi guru agama honorer pada SMP Tanwir Surabaya (1985-1993).
Tamat SR, dia nyantri di Pondok Pesantren Sebanih, Bangkalan, dibawah asuhan KH. Thabrani Abdul Aziz. Di Pesantren ini, dia mulai belajar ilmu alat, yaitu nahwu dengan kitab al-Jurumiyah dan sharraf (at-Tashrif). Kemudian, di lebih intents berkenalan dengan kitab-kitab kuning, seperti Al-Kailani, di bawah bimbingan KH. Ahmad Rasyad.
Dari Bangkalan, dia pindah dan masuk di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, di bawah asuhan KH. Zaini Mun'im. Dan di Pesantren ini, dia sempat mengikuti pendidikan formal SMP Nurul Jadid (1969). Tidak sampai tamat, dia pindah ke Pondok Pesantren Caga'an, Bangil, Pasuruan, dengan pengasuh KH. Kholili Ali.
Di Pesantren tersebut, dia lebih memperdalam ilmu-ilmu alat nahwu menggunakan kitab Imrithi dan Alfiyyah dengan Syarh Ibn Aqil. Sedangkan ilmu sharraf dengan kitab Nazham al-Maqshut.
Ketika nyantri di Caga'an ini (1970-1973), dia sempat dipercaya menjadi pengurus pesantren, dengan posisi sebagai sekretaris. Juga sempat menjadi guru Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum, tak jauh dari kompleks pesantren.
​Akhir tahun 1973, dengan menumpang perahu layar, dia berangkat ke pulau kecil Tomia, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Di sana, dia menjadi Kepala Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum, juga sebagai guru agama honorer pada SMP Negeri Usuku dan SKKP (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama) Negeri Binongko di Tomia, dan SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) di Onemai.
Tahun 1975, dia mengikuti ujian SPIAIN (Sekolah Persiapan Institut Agama Islam Negeri) Al-Jamiah al-Islamiyah al-Hukumiah Alaudin, Ujung Pandang, Cabang Bau-Bau, dan lulus tahun 1975.
Tahun 1977, dia kembali ke Surabaya, dan aktif dalam dunia dakwah, seperti pengajian-pengajian di PKK, majelis taklim, dan khutbah Jum'at. Dan menjadi guru agama honorer pada SMP Tanwir Surabaya (1985-1993).
Dalam bidang organisasi, beliau banyak memiliki pengalaman. Berikut di antaranya:
- Pengurus Syuriah MWC-NU Kec. Tandes, Surabaya (1983).
- Pengrus Cabang NU (Ketua LDNU) Surabaya (1984-1988)
- Anggota dalam KORMAS (Koordinasi Masjid Surabaya) Surabaya (1986-2008)
- Angota MUI (Mejelis Ulama Indonesia) Kota Surabaya (2005-2012)
- Dipercaya menjadi pembimbing haji dan umrah sejak tahun 2013 oleh ATRIA Tours & Travel (PT Andromedia Atria Wisata).
Sumber :
Buku | : Ensiklopedia Haji & Umrah |
Penulis | : KH. Ahmad Chodri Romli |
Cetakan | : Pertama, Maret 2018 |
Penerbit | : DIVA Press |