Lapakumroh.com - Tidak ada yang tak mungkin jika Allah sudah berkehendak, bahkan naik haji dari hasil memulung pun bukan hal yang mustahil. Nenek Maryani adalah salah satu bukti nyata kekuasaan Allah. Bagaimana kisah lengkapnya? Simak tulisan di bawah ini sampai habis.
Berawal dari Niat yang Kuat
Bagi seorang muslim yang taat, beribadah ke Tanah Suci adalah salah satu hal yang paling diimpi-impikan. Terlebih lagi, ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan bagi yang mampu.
Sayangnya, perjalanan ibadah haji bagi sebagian orang Indonesia menjadi perkara yang berat, terutama dalam masalah biaya. Letak Indonesia yang cukup jauh dari Arab Saudi membuat perjalanan haji harus ditempuh menggunakan pesawat.
Biaya transportasi merupakan komponen terbesar dari keseluruhan BPIH (biaya penyelenggaraan ibadah haji), yaitu mencapai 60%--70%. Dengan harga tiket yang mahal, otomatis BPIH yang harus dibayar oleh calon jamaah haji menjadi tinggi juga.
Akan tetapi, biaya yang besar tidak membuat niat untuk beribadah haji menjadi surut. Setidaknya, itulah yang ditunjukkan oleh Maryani, seorang nenek asal Kampung Pulo Geulis, Bogor, Jawa Barat, yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung. Ia berhasil membuktikan bahwa naik haji dari hasil memulung bukanlah sesuatu yang mustahil.
Nenek Maryani tidak risau dengan pekerjaannya yang hanya mengumpulkan barang bekas. Penghasilan yang tak menentu tidak menghalangi niatnya untuk beribadah haji. Karena berhaji adalah sebuah ibadah, ia yakin Allah akan memberikan pertolongan kepada-Nya. Dengan keyakinan itulah, Nenek Maryani membulatkan tekad untuk mewujudkan mimpinya pergi ke Tanah Suci.
Berawal dari Niat yang Kuat
Bagi seorang muslim yang taat, beribadah ke Tanah Suci adalah salah satu hal yang paling diimpi-impikan. Terlebih lagi, ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan bagi yang mampu.
Sayangnya, perjalanan ibadah haji bagi sebagian orang Indonesia menjadi perkara yang berat, terutama dalam masalah biaya. Letak Indonesia yang cukup jauh dari Arab Saudi membuat perjalanan haji harus ditempuh menggunakan pesawat.
Biaya transportasi merupakan komponen terbesar dari keseluruhan BPIH (biaya penyelenggaraan ibadah haji), yaitu mencapai 60%--70%. Dengan harga tiket yang mahal, otomatis BPIH yang harus dibayar oleh calon jamaah haji menjadi tinggi juga.
Akan tetapi, biaya yang besar tidak membuat niat untuk beribadah haji menjadi surut. Setidaknya, itulah yang ditunjukkan oleh Maryani, seorang nenek asal Kampung Pulo Geulis, Bogor, Jawa Barat, yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung. Ia berhasil membuktikan bahwa naik haji dari hasil memulung bukanlah sesuatu yang mustahil.
Nenek Maryani tidak risau dengan pekerjaannya yang hanya mengumpulkan barang bekas. Penghasilan yang tak menentu tidak menghalangi niatnya untuk beribadah haji. Karena berhaji adalah sebuah ibadah, ia yakin Allah akan memberikan pertolongan kepada-Nya. Dengan keyakinan itulah, Nenek Maryani membulatkan tekad untuk mewujudkan mimpinya pergi ke Tanah Suci.
Menabung Selama 26 Tahun
Nenek Maryani sadar, tekad yang kuat belumlah cukup jika tidak disertai ikhtiar nyata. Bagaimanapun, ia membutuhkan uang yang tak sedikit untuk membayar BPIH. Biaya naik haji senilai lebih dari Rp30 juta adalah angka yang sangat besar baginya.
Dengan pendapatan sehari-hari yang sangat kecil, tentu sangat sulit untuk mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu singkat. Cara satu-satunya yang bisa dilakukan adalah dengan menabung agar ia bisa naik haji dari hasil memulung.
Sebenarnya, Nenek Maryani sudah berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji sejak tahun 1980 ketika suaminya meninggal. Akan tetapi, ia baru benar-benar serius menabung untuk berhaji sejak tahun 1993.
Bagaimana cara nenek berusia 64 tahun ini menabung? Setiap hari, Nenek Maryani sudah beraktivitas sejak sebelum azan Subuh berkumandang. Ia memulai hari dengan berkeliling ke lingkungan di sekitar rumahnya untuk mengumpulkan sampah seperti kardus, botol, dan barang-barang rongsokan.
Selepas salat Subuh, saat hari mulai terang, Nenek Maryani turun ke Sungai Ciliwung. Ia mengumpulkan sampah plastik dan barang-barang bekas yang banyak berserakan di pinggir sungai yang terletak tepat di belakang rumahnya itu.
Seluruh barang bekas yang berhasil dikumpulkan lalu disimpan di samping rumahnya. dan baru dijual setelah satu tahun. Mengapa harus setahun? Menurut Nenek Maryani, jika dijual setiap hari, hasilnya terlalu sedikit, hanya sekitar Rp5.000 sampai Rp7.000. Uang sejumlah itu akan mudah habis terpakai sehingga ia khawatir impiannya untuk naik haji dari hasil memulung tidak akan bisa terwujud.
Dengan menjual rongsokan dan sampah plastik yang telah dikumpulkannya selama 1 tahun, Nenek Maryani bisa mendapatkan uang hingga Rp1,2 juta. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp200 ribu ia sisihkan untuk kebutuhan pribadi. Jumlah itu cukup baginya karena kebutuhan makan sehari-hari sudah ditanggung oleh anak laki-lakinya.
Sementara itu, sisa penghasilan sebesar Rp1 juta kemudian ditabung nenek Maryani di bank. Cara menabung seperti ini ia lakukan selama 26 tahun hingga akhirnya pada tahun 2019, ia bisa naik haji dari hasil memulung.
Nenek Maryani sadar, tekad yang kuat belumlah cukup jika tidak disertai ikhtiar nyata. Bagaimanapun, ia membutuhkan uang yang tak sedikit untuk membayar BPIH. Biaya naik haji senilai lebih dari Rp30 juta adalah angka yang sangat besar baginya.
Dengan pendapatan sehari-hari yang sangat kecil, tentu sangat sulit untuk mendapatkan uang sebesar itu dalam waktu singkat. Cara satu-satunya yang bisa dilakukan adalah dengan menabung agar ia bisa naik haji dari hasil memulung.
Sebenarnya, Nenek Maryani sudah berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji sejak tahun 1980 ketika suaminya meninggal. Akan tetapi, ia baru benar-benar serius menabung untuk berhaji sejak tahun 1993.
Bagaimana cara nenek berusia 64 tahun ini menabung? Setiap hari, Nenek Maryani sudah beraktivitas sejak sebelum azan Subuh berkumandang. Ia memulai hari dengan berkeliling ke lingkungan di sekitar rumahnya untuk mengumpulkan sampah seperti kardus, botol, dan barang-barang rongsokan.
Selepas salat Subuh, saat hari mulai terang, Nenek Maryani turun ke Sungai Ciliwung. Ia mengumpulkan sampah plastik dan barang-barang bekas yang banyak berserakan di pinggir sungai yang terletak tepat di belakang rumahnya itu.
Seluruh barang bekas yang berhasil dikumpulkan lalu disimpan di samping rumahnya. dan baru dijual setelah satu tahun. Mengapa harus setahun? Menurut Nenek Maryani, jika dijual setiap hari, hasilnya terlalu sedikit, hanya sekitar Rp5.000 sampai Rp7.000. Uang sejumlah itu akan mudah habis terpakai sehingga ia khawatir impiannya untuk naik haji dari hasil memulung tidak akan bisa terwujud.
Dengan menjual rongsokan dan sampah plastik yang telah dikumpulkannya selama 1 tahun, Nenek Maryani bisa mendapatkan uang hingga Rp1,2 juta. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp200 ribu ia sisihkan untuk kebutuhan pribadi. Jumlah itu cukup baginya karena kebutuhan makan sehari-hari sudah ditanggung oleh anak laki-lakinya.
Sementara itu, sisa penghasilan sebesar Rp1 juta kemudian ditabung nenek Maryani di bank. Cara menabung seperti ini ia lakukan selama 26 tahun hingga akhirnya pada tahun 2019, ia bisa naik haji dari hasil memulung.
Nekat Mendaftar Haji
Sebelum akhirnya bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Nenek Maryani harus bersabar menabung sedikit demi sedikit. Tak terasa, setelah menabung selama 19 tahun, tabungannya sudah mencapai Rp25 juta.
Biaya haji yang ditetapkan pemerintah saat itu adalah sekitar Rp35 juga. Itu artinya, Nenek Maryani masih membutuhkan Rp10 juta lagi. Namun, sesuai syarat dari Kementerian Agama RI, siapa pun sudah bisa mendaftarkan diri untuk berhaji dengan setoran awal Rp25 juta. Karena itu, meski belum tahu dari mana akan mencari tambahan Rp10 juta, ia nekat mendaftarkan diri.
Saat mendaftar pada tahun 2012, Nenek Maryani diberi tahu bahwa ia akan berangkat pada tahun 2020. Hal itu membuat hatinya lega karena artinya masih ada waktu 8 tahun lagi untuk mencari uang guna menutupi kekurangan biaya naik haji. Dengan waktu yang tersisa, Nenek Maryani semakin yakin, ia pasti bisa naik haji dari hasil memulung.
Nekat Mendaftar Haji
Sebelum akhirnya bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Nenek Maryani harus bersabar menabung sedikit demi sedikit. Tak terasa, setelah menabung selama 19 tahun, tabungannya sudah mencapai Rp25 juta.
Biaya haji yang ditetapkan pemerintah saat itu adalah sekitar Rp35 juga. Itu artinya, Nenek Maryani masih membutuhkan Rp10 juta lagi. Namun, sesuai syarat dari Kementerian Agama RI, siapa pun sudah bisa mendaftarkan diri untuk berhaji dengan setoran awal Rp25 juta. Karena itu, meski belum tahu dari mana akan mencari tambahan Rp10 juta, ia nekat mendaftarkan diri.
Saat mendaftar pada tahun 2012, Nenek Maryani diberi tahu bahwa ia akan berangkat pada tahun 2020. Hal itu membuat hatinya lega karena artinya masih ada waktu 8 tahun lagi untuk mencari uang guna menutupi kekurangan biaya naik haji. Dengan waktu yang tersisa, Nenek Maryani semakin yakin, ia pasti bisa naik haji dari hasil memulung.
Mendapat Panggilan ke Tanah Suci
Setelah mendaftar, Nenek Maryani harus kembali berjuang keras mengumpulkan uang untuk menutupi kekurangan BPIH. Kali ini, Nenek Maryani tidak hanya mengandalkan hasil penjualan barang-barang bekas. Nenek bercucu 6 tersebut pun mencari pendapatan tambahan dengan menjual pasir yang diambilnya dari Sungai Ciliwung.
Meski hanya bisa mendapatkan pasir saat sungai meluap, uang yang didapatnya cukup lumayan. Dalam sehari, ia bisa mengumpulkan pasir sebanyak 10 karung. Satu karung pasir bisa dijualnya dengan harga Rp10.000, tetapi terkadang tidak semua habis terjual.
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pada tahun 2019, Nenek Maryani menerima panggilan untuk berangkat menunaikan ibadah haji, setahun lebih cepat dari seharusnya. Untungnya, ia sudah berhasil melunasi kekurangan BPIH sebelum mendapat panggilan untuk menjalani tes kesehatan.
Pada tanggal 1 Agustus 2019, bersama rombongan jamaah haji kloter 88, Nenek Maryani pun terbang ke Tanah Suci. Ia tak menyangka akhirnya bisa naik haji dari hasil memulung yang ditabungnya selama 26 tahun. Tak henti ia bersyukur karena dengan rida Allah, perjalanan ibadah yang diimpikannya sejak lama akhirnya terwujud.
Mendapat Panggilan ke Tanah Suci
Setelah mendaftar, Nenek Maryani harus kembali berjuang keras mengumpulkan uang untuk menutupi kekurangan BPIH. Kali ini, Nenek Maryani tidak hanya mengandalkan hasil penjualan barang-barang bekas. Nenek bercucu 6 tersebut pun mencari pendapatan tambahan dengan menjual pasir yang diambilnya dari Sungai Ciliwung.
Meski hanya bisa mendapatkan pasir saat sungai meluap, uang yang didapatnya cukup lumayan. Dalam sehari, ia bisa mengumpulkan pasir sebanyak 10 karung. Satu karung pasir bisa dijualnya dengan harga Rp10.000, tetapi terkadang tidak semua habis terjual.
Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pada tahun 2019, Nenek Maryani menerima panggilan untuk berangkat menunaikan ibadah haji, setahun lebih cepat dari seharusnya. Untungnya, ia sudah berhasil melunasi kekurangan BPIH sebelum mendapat panggilan untuk menjalani tes kesehatan.
Pada tanggal 1 Agustus 2019, bersama rombongan jamaah haji kloter 88, Nenek Maryani pun terbang ke Tanah Suci. Ia tak menyangka akhirnya bisa naik haji dari hasil memulung yang ditabungnya selama 26 tahun. Tak henti ia bersyukur karena dengan rida Allah, perjalanan ibadah yang diimpikannya sejak lama akhirnya terwujud.
Pelajaran yang Bisa Diambil
Saat akhirnya berhasil menunaikan ibadah haji, kisah perjuangan Nenek Maryani pun seketika menjadi perbincangan. Banyak orang yang kagum atas kegigihannya, sekaligus takjub karena tak menyangka bahwa ternyata ada orang yang bisa naik haji dari hasil memulung.
Tak hanya mengagumkan, dari kisah Nenek Maryani, ada banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil. Berikut beberapa di antaranya.
Saat akhirnya berhasil menunaikan ibadah haji, kisah perjuangan Nenek Maryani pun seketika menjadi perbincangan. Banyak orang yang kagum atas kegigihannya, sekaligus takjub karena tak menyangka bahwa ternyata ada orang yang bisa naik haji dari hasil memulung.
Tak hanya mengagumkan, dari kisah Nenek Maryani, ada banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil. Berikut beberapa di antaranya.
- Segala peristiwa di dunia ini terjadi atas izin Allah SWT. Jika Dia sudah menetapkan sesuatu, tidak ada satu pun yang dapat menghalangi. Hal yang tampak sulit seperti naik haji dari hasil memulung pun sangat mudah bagi-Nya.
- Jika kita memiliki cita-cita yang baik, apalagi termasuk perbuatan ibadah, kuatkan niat dan tekad. Meski terlihat sulit, percayalah bahwa Allah subhanahu wa ta'ala pasti akan membukakan jalan dan memberikan pertolongan.
- Niat dan tekad yang sangatlah penting, tetapi keduanya tidak akan berarti jika disertai ikhtiar atau usaha untuk merealisasikannya. Tugas manusia adalah berdoa dan berusaha sekeras mungkin dan serahkan sisanya kepada Allah.